Hunian berkonsep transportasi atau dikenal sebagai transit oriented development (TOD) semakin marak digarap oleh kalangan pengembang.
Pasalnya, pengembangan hunian TOD dinilai dapat memaksimalkan penggunaan angkutan publik, sekaligus meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi dan mengurangi pemborosan energi, serta menghasilkan gaya hidup atau lifestyle yang lebih sehat.
CEO Jouska, Aakar Abyasa menjelaskan, inovasi beragam transportasi modern yang hadir di Jakarta, diyakini membawa perubahan perilaku di kalangan masyarakat dan milenial, sekaligus memudahkan konektivitas dan meningkatkan kualitas hidup dalam jangka panjang.
“Hunian TOD bisa dibilang paling potensial menjadi tren di kalangan milenial, karena kebanyakan orang bosan dengan kemacetan lalu lintas, waktu perjalanan yang panjang dan meningkatnya polusi,” ujar Aakar Abyasa dalam webinar bertajuk “Inovasi di Era Baru Transportasi Jabodetabek untuk Keluar dari Jebakan Kelas Menengah” yang diselenggarakan oleh Urban Jakarta bekerja sama dengan Jouska dan BPTJ, di Jakarta, Sabtu (6/8/2020).
Menurut Aakar, berdasarkan sebuah studi, sebanyak 55,9 persen kalangan milenial memilih untuk membahagiakan orang tua di urutan pertama dan membeli rumah sebagai prioritas kedua. Kondisi ini karena mereka dipaksa oleh keadaan sebagai sandwich generation.
“Dengan demikian, mereka merasa memiliki tanggung jawab finansial yang besar. Bisa jadi, hunian TOD dimungkinkan menjadi pilihan milenial. Apalagi, saat ini ada kecendrungan konsumen memilih tempat tinggal dengan lokasi yang memiliki kedekatan dengan berbagai fasilitas,” jelasnya.
Menurut Aakar, yang perlu diperhatikan oleh kalangan milenial adalah fokus pada tujuan keuangan yang wajib seperti dana darurat, dana pendidikan anak dan dana pensiun. “Mobil buka termasuk tujuan yang utama. Mafaatkan penggunaan inovasi pada kendaraan umum terintegrasi seperti MRT dan LRT,” jelasnya.
Aakar menambahkan, pola investasi pascapandemi juga harus diwujudkan dalam hal menyiapkan rencana investasi dan portofolio yang terdiversifikasi. “Kalau boleh dibilang, sekarang ini merupakan momen yang tepat untuk membeli properti karena banyak faktor pendukung yang memudahkan konsumen,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Polana Pramesti, mengatakan, jika melihat volume dengan kapasitas jalan saat ini sudah mendekati 1 atau mendekati stuck alias tidak bergerak.
“Sebabnya, orang yang tinggal di wilayah penyangga banyak bekerja di tengah kota. Kondisi ini otomatis membuat jumlah transportasi yang berada di jalan terus bertambah setiap harinya,” jelasnya.
Menurut Polana, BPTJ sendiri memiliki cita-cita untuk menciptakan simpul-simpul TOD yang terintegrasi antara hunian dengan banyak fasilitas penunjang, terutama moda transportasi massal. BPTJ juga menyediakan fasilitas transportasi pengumpan atau feeder dari setiap simpul. Konsep ini telah dimulai dalam bentuk JR Connection.
“Simpul tersebut, menjadi satu kesatuan dalam pengembangan TOD. Dengan semakin banyak simpul, akan memudahkan masyarakat menjangkau transportasi massal,” kata Polana.
Menurut Polana, BPTJ akan mendorong masyarakat pengguna untuk memanfaatkan layanan transportasi publik yang memenuhi syarat keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kesehatan. “Dengan semakin membaiknya layanan, tentunya semakin banyak masyarakat yang beralih menggunakan transportasi massal,” pungkasnya.
Sumber: BeritaSatu.com